MAKALAH
TEKNOLOGI FERMENTASI HASIL PERKEBUNAN
“PEMBUATAN NATA DE COCO”
DISUSUN
OLEH:
3. Heplin Sihombing
PROGRAM
STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN
JURUSAN
TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK
PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur
penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat
menyelesaikan makalah Teknologi Fermentasi Hasil Perkebunan yang berjudul “Pembuatan Nata De Coco”
Dalam Penulisan makalah ini penulis
menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam
penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah Teknologi
Fermentasi Hasil Perkebunan ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran
bagi yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan
dapat tercapai, Amin.
Samarinda, 7
Maret 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Pengesahan...................................................................................... i
Kata
Pengantar............................................................................................... ii
Daftar
Isi ..................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2
Tujuan Penulisan...................................................................................... 2
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Ergonomi .................................................................................. 3
2.2 Tujuan
Ergonomi ..................................................................................... 4
BAB
III PEMBAHASAN
3.1 Strategi Meningkatkan Kualitas Kerja..................................................... 5
3.2 Proteksi..................................................................................................... 6
3.3 Perlindungan, Keselamatan, Dan Kesehatan Pekerja............................... 8
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan............................................................................................... 11
4.2 Saran......................................................................................................... 11
DAFTAR
PUSTAKA ................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Sebagai
negara kepulauan, umumnya daerah sepanjang pesisir pantai di Indonesia banyak
ditumbuhi pohon kelapa. Pohon kelapa memberikan banyak hasil bagi manusia mulai
dari batang, daun, buah dll. Pada pembuatan kopra atau penjual kelapa di pasar,
airnya terbuang percuma sebagai limbah yang dapat mencemari lingkungan terutama
yang berhubungan dengan kesuburan tanah. Jika kita mengetahui manfaat air
kelapa bahwa air kelapa telah berhasil diolah menjadi suatu produk komersial
yang sangat populer dengan nama Nata de Coco.
Seperti halnya pembuatan beberapa makanan atau minuman hasil fermentasi,
pembuatan nata juga memerlukan bibit. Bibit tape
biasa disebut ragi, bibit tempe disebut usar, dan bibit nata de coco disebut
starter.
Bibit nata adalah bakteri Acetobacter xylinum yang akan dapat membentuk
serat nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan karbon
dan nitrogen melalui proses yang terkontrol. Dalam kondisi demikian, bakteri
tersebut akan menghasilkan enzim yang dapat menyusun zat gula menjadi ribuan
rantai serat atau selulosa. Dari jutaan renik yang tumbuh pada air kelapa
tersebut, akan dihasilkan jutaan lembar benang-benang selulosa yang akhirnya
nampak padat berwarna putih hingga transparan, padat, kokoh, kuat dan kenyal
dengan rasa mirip kolang-kaling, yang disebut sebagai nata.
Selain banyak diminati karena rasanya yang enak dan kaya serat, pembuatan
nata de coco pun tidak sulit dan biaya yang dibutuhkan tidak banyak sehingga
dapat sebagai alternatif usaha yang dapat memberikan keuntungan. Produk ini
banyak digunakan sebagai pencampur es krim, coktail buah, sirup, dan makanan
ringan lainnya. Nata de coco dapat dipakai
sebagai sumber makan rendah energi untuk keperluan diet. Nata de coco juga
mengandung serat (dietary fiber) yang sangat dibutuhkan tubuh dalam proses
fisiologi. Konon, produk ini dapat membantu penderita diabetes dan memperlancar
proses pencernaan dalam tubuh.
Acetobacter xylinum dalam pertumbuhan dan aktivitasnya membentuk nata
memerlukan suatu media yang tepat sehingga produksi nata yang dihasilkan dapat
secara optimal. Sebagai media dalam pembentukan nata media yang digunakan haruslah
memiliki kandungan komponen-komponen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme yang
dalam hal ini yaitu acetobacter xylinum . Komponen media nata yang dibutuhkan
sebagai syarat media nata antara lain memiliki sumber karbon dapat berupa gula,
sumber nitrogen dapat berupa penambahan urea atau ZA, mineral dan vitamin yang
mendukung pertumbuhan bakteri acetobacter xylinum. Asam sitrat atau asam asetat
untuk penyedia kondisi asam yang diharapkan bakteri acetobagter xylinum.
1.2
Tujuan
Penulisan
Praktikan
dapat mengetahui nata de coco, sejarah pembuatan nata de coco, kandungan gizi,
cara pembuatan, produk yang dihasilkan dan manfaat nata de coco
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Nata de coco
Nata de coco merupakan produk hasil proses fermentasi air kelapa
dengan bantuan aktivitas Acetobacter xylinum. Nata berasal dari
bahasa spanyol yang artinya terapung. Ini sesuai dengan sifatnya yaitu sejak
diamati dari proses awal terbentuknya nata merupakan suatu lapisan tipis yang
terapung pada permukaan yang semakin lama akan semakin tebal. Nata De Coco
merupakan jenis komponen minuman yang terdiri dari senyawa selulosa (dietry
fiber), yang dihasilkan dari air kelapa melalui proses fermentasi, yang
melibatkan jasad renik (mikrobia), yang selanjutnya dikenal sebagai bibit nata.
Semula industri nata de coco dimulai
dari adanya industri rumah tangga yang menggunakan sari buah nenas sebagai
bahan bakunya. Produk ini dikenal dengan nama nata de pina.
Dikarenekan nenas sifatnya musiman, pilihan itu jatuh kepada buah kelapa yang
berbuah sepanjang tahun dan dalam jumlah yang cukup besar serta ditemukan
secara merata hamper diseluruh pelosok tanah air. Di skala industri, nata
de coco sudah dikenal sejak diperkenalkannya pada tahun 1975. tetapi,
sampai saat ini, industri nata de coco masih tergolong sedikit
(di Indonesia). Padahal jika melihat prospeknya dimasa mendatang cukup
enggiurkan. Akhir-akhir ini, Negara berkembang sedang melirik industri nata
de coco.
Pada prinsipnya untuk mengha-silkan nata de coco yang
bermutu baik, maka perlu disediakan media yang dapat mendukung aktivitas
Acetobacter xylinum untuk memproduksi selulosa ekstra seluler atau yang
kemudian di sebut nata de coco.
Bakteri Acetobacter xylinum akan dapat membentuk nata
jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan Karbon(C) dan
Nitrogen (N), melalui proses yang terkontrol. Dalam kondisi demikian, bakteri
tersebut akan menghasilkan enzim akstraseluler yang dapat menyusun zat gula
menjadi ribuan rantai serat atau selulosa. Dari jutaan renik yang tumbuh pada
air kelapa tersbeut, akan dihasilkan jutaan lembar benang-benang selulosa yang
akhirnya nampak padat berwarna putih hingga transparan, yang disebut sebagai
nata.
Nata yang dihasilkan tentunya bisa beragam kualitasnya.
Kualitas yang baik akan terpenuhi apabila air kelapa yang digunakan memenuhi
standar kualitas bahan nata, dan prosesnya dikendalikan dengan cara yang benar
berdasarkan pada factor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitas
Acetobacter xylinum yang digunakan. Apabila rasio antara karbon dan nitrogen
diatur secara optimal, dan prosesnya terkontrol dengan baik, maka semua cairan
akan berubah menjadi nata tanpa meninggalkan residu sedikitpun. Oleh sebab itu,
definisi nata yang terapung di atas caian setelah proses fermentasi selesai,
tidak berlaku lagi.
Air kelapa yang digunakan dalam pembuatan nata harus
berasal dari kelapa yang masak optimal, tidak terlalu tua atau terlalu
muda. Bahan tambahan yang
diperlukan oleh bakteri antara lain karbohidrat sederhana, sumber nitrogen, dan
asam asetat. Pada ummumnya senyawa karbohidrat sederhana dapat digunakan
sebagai suplemen pembuatan anta de coco, diantaranya adalah senyawa-senyawa
maltosa, sukrosa, laktosa, fruktosa dan manosa. Dari beberapa senyawa
karbohidrat sederhana itu sukrosa merupakan senyawa yang paling ekonomis
digunakan dan paling baik bagi pertumbuhan dan perkembangan bibit nata. Adapun
dari segi warna yang paling baik digunakan adalah sukrosa putih. Sukrosa coklat
akan mempengaruhi kenampakan nata sehingga kurang menarik. Sumber nitrogen yang
dapat digunakan untuk mendukung pertumbuhan aktivitas bakteri nata dapat
berasal dari nitrogen organic, seperti misalnya protein dan ekstrak yeast,
maupun Nitrogen an organic seperti misalnya ammonium fosfat, urea, dan ammonium
slfat. Namun, sumber nitrogen anorganik sangat murah dan fungsinya tidak kalah
jika dibandingkan dengan sumber nitrogen organic. Bahkan diantara sumber
nitrogen anorganik ada yang mempunyai sifat lebih yaitu ammonium sulfat.
Kelebihan yang dimaksud adalah murah, mudah larut, dan selektif bagi
mikroorganisme lain.
Asam asetat atau asam cuka digunakan untuk menurunkan
pH atau meningkatkan keasaman air kelapa. Asam asetat yang baik adalah asam
asetat glacial (99,8%). Asam asetat dengan konsentrasi rendah dapat digunakan,
namun untuk mencapai tingkat keasaman yang diinginkan yaitu pH 4,5 – 5,5
dibutuhkan dalam jumlah banyak. Selain asan asetat, asam-asam organic dan
anorganik lain bias digunakan.
Acetobacter Xylinum merupakan bakteri berbentuk batang
pendek, yang mempunyai panjang 2 mikron dan lebar , micron, dengan permukaan
dinding yang berlendir. Bakteri ini bias membentuk rantai pendek dengan satuan
6-8 sel. Bersifat ninmotil dan dengan pewarnaan Gram menunjukkan Gram negative.
Bakteri ini tidka membentuk endospora maupun pigmen. Pada
kultur sel yang masih muda, individu sel berada sendiri-sendiri dan transparan.
Koloni yang sudah tua membentuk lapisan menyerupai gelatin yang kokoh menutupi
sel koloninya. Pertumbuhan koloni pada medium cair setelah 48 jam inokulasi akan
membentuk lapisan pelikel dan dapat dengan mudah diambil dengan jarum oase.
Bakteri ini dapat membentuk asam dari glukosa, etil
alcohol, dan propel alcohol, tidak membentuk indol dan mempunyai kemampuan
mengoksidasi asam asetat menjadi CO2 dan H2O. sifat yang paling menonjol dari
bakteri itu adalah memiliki kemampuan untuk mempolimerisasi glukosa sehingga
menjadi selulosa. Selanjutnya selulosa tersebut membentuk matrik yang dikenal
sebagai nata. Factor lain yang dominant mempengaruhi sifat fisiologi dalam pembentukan
nata adalah ketersediaan nutrisi, derajat keasaman, temperature, dan
ketersediaan oksigen.
Bakteri Acetobacter Xylinum mengalami pertumbuhan
sel. Pertumbuhan sel
didefinisikan sebagai pertumbuhan secara teratur semua komponen di dalam sel
hidup. Bakteri Acetobacter Xylinum
mengalami beberapa fase pertumbuhan sel yaitu fase adaptasi, fase pertumbuhan
awal, fase pertumbuhan eksponensial, fase pertumbuhan lambat, fase pertumbuhan
tetap, fase menuju kematian, dan fase kematian.
Factor-faktor yang mempengaruhi Acetobacter Xylinum
mengalami pertumbuhan adalah nutrisi, sumber karbon, sumber nitrogen, serta
tingkat keasaman media temperature, dan udara (oksigen. Senyawa karbon yang dibutuhkan dalam fermentasi nata
berasal dari monosakarida dan disakarida. Sumber dari karbon ini yang paling
banyak digunakan adalah gula. Sumber nitrogen bias berasal dari bahan organic
seperti ZA, urea. Meskipun bakteri Acetobacter Xylinum dapat tumbuh pada pH 3,5
– 7,5, namun akan tumbuh optimal bila pH nya 4,3. sedangkan suhu ideal bagi
pertumbuhan bakteri Acetobacter Xylinum pada suhu 28 – 31 0 C. bakteri ini
sangat memerlukan oksigen. Sehingga dalam fermentasi tidak perlu ditutup rapat
namun hanya ditutup untuk mencegah kotoran masuk kedalam media yang dapat
mengakibatkan kontaminasi.
2.2 Sejarah Pembuatan Nata De Coco
Kata nata berasal dari bahasa
Spanyol yang berarti krim. Nata diterjemahkan ke dalam bahasa Latin sebagai
‘natare’ yang berarti terapung-apung. Nata dapat dibuat dari air kelapa, santan
kelapa, tetes tebu (molases), limbah cair tebu, atau sari buah (nanas, melon,
pisang, jeruk, jambu biji, strawberry dan lain-lain). Nata yang dibuat dari air
kelapa disebut nata de coco. Di Indonesia, nata de coco sering disebut sari air
kelapa atau sari kelapa. Nata de coco pertama kali berasal dari Filipina. Di
Indonesia, nata de coco mulai dicoba pada tahun 1973 dan mulai diperkenalkan
pada tahun 1975. Namun demikian, nata de coco mulai dikenal luas di pasaran
pada tahun 1981 (Sutarminingsih, 2004).
Di Indonesia pada awalnya, industri
pengolahan nata diawali di tingkat usaha rumah tangga (home industry) dengan
menggunakan sari buah nanas sebagai bahan bakunya sehingga produknya sering
disebut nata de pina. Seperti pada umumnya usaha buah-buahan musiman lainnya,
keberlangsungan produksi nata de pina terbentur dengan kendala sifat musiman
tanaman nanas. Sehingga produksi nata de pina tidak dapat dilakukan sepanjang
tahun. Keberlangsungan input merupakan hal yang penting dalam manajemen
agribisnis termasuk nata de coco (Gumbira dan Intan, 2001). Untuk mengatasi
kendala tersebut, alternatif penggunaan bahan lain yang mudah didapat, tersedia
sepanjang tahun dan harganya murah adalah air kelapa. Pada mulanya air kelapa
kebanyakan hanya merupakan limbah dari industri pembuatan kopra atau minyak
goreng (Jawa: klentik). Nata dari air kelapa yang kemudian terkenal dengan nama
nata de coco merupakan hasil fermentasi air kelapa dengan bantuan mikroba
acetobacter xylinum. Jumlah air kelapa yang dihasilkan dari buah kelapa di
Indonesia kurang lebih 900 juta liter per tahun (Sutardi 2004).
Air kelapa harus ditampung dari berbagai sumber. Penampungan air kelapa tersebut memberikan jaminan sediaan air kelapa yang memadai dan terjadinya proses air kelapa menjadi basi. Proses pembasian air kelapa ini memberikan dampak yang positif karena air kelapa secara alami terkontaminasi oleh bakteri asam cuka dan fermentasi awal terjadi dan berakibat turunnya pH air kelapa. Penurunan pH tersebut dari segi teknis sangat menguntungkan karena pada proses pembuatan nata de coco justru pH harus diturunkan sampai air kelapa hasil pendidihan mencapai 3-4, dengan cara menambah asam cuka (Sutardi 2004). Proses pembasian ini tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada kualitas air kelapa kecuali jika fermentasi awal berlangsung lama (berlanjut) sehingga kadar gula air kelapa makin menipis dan pada akhirnya air kelapa dapat busuk karena bakteri pembusuk mengambil alih proses dekomposisi lanjut. Oleh sebab itu harus dihindari pembasian air kelapa yang lama. Menurut Sutardi (2004) lama penyimpanan air kelapa sebaiknya tidak lebih lama dari 4 hari.
Air kelapa harus ditampung dari berbagai sumber. Penampungan air kelapa tersebut memberikan jaminan sediaan air kelapa yang memadai dan terjadinya proses air kelapa menjadi basi. Proses pembasian air kelapa ini memberikan dampak yang positif karena air kelapa secara alami terkontaminasi oleh bakteri asam cuka dan fermentasi awal terjadi dan berakibat turunnya pH air kelapa. Penurunan pH tersebut dari segi teknis sangat menguntungkan karena pada proses pembuatan nata de coco justru pH harus diturunkan sampai air kelapa hasil pendidihan mencapai 3-4, dengan cara menambah asam cuka (Sutardi 2004). Proses pembasian ini tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada kualitas air kelapa kecuali jika fermentasi awal berlangsung lama (berlanjut) sehingga kadar gula air kelapa makin menipis dan pada akhirnya air kelapa dapat busuk karena bakteri pembusuk mengambil alih proses dekomposisi lanjut. Oleh sebab itu harus dihindari pembasian air kelapa yang lama. Menurut Sutardi (2004) lama penyimpanan air kelapa sebaiknya tidak lebih lama dari 4 hari.
Nata de coco merupakan salah satu
produk olahan air kelapa yang memiliki kandungan serat tinggi dan kandungan
kalori rendah sehingga cocok untuk makanan diet dan baik untuk sistim
pencernaan serta tidak mengandung kolesterol sehingga mulai poluler di kalangan
masyarakat yang memiliki perhatian pada kesehatan. Nata de coco tidak hanya
memiliki pasar domestik tetapi juga pasar ekspor terutama Eropa, Jepang,
Amerika Serikat dan negara-negara Timur Tengah.
Nata de coco merupakan hasil sampingan (limbah) buah kelapa. Buah kelapa merupakan bagian terpenting dari tanaman kelapa karena memiliki nilai ekonomis dan gizi yang tinggi. Dilihat dari persentase komponennya, buah kelapa terdiri dari empat komponen yaitu 35% sabut, 12% tempurung, 28% daging buah dan 25% air kelapa. Masing-masing komponen dapat dimanfaatkan untuk produk makanan maupun non makanan. Sebagai contoh serabut untuk kerajinan keset, sapu, furniture; tempurung kelapa untuk arang; buah kelapa untuk minyak goreng, santan, kopra; dan air kelapa untuk nata de coco.
Nata de coco merupakan hasil sampingan (limbah) buah kelapa. Buah kelapa merupakan bagian terpenting dari tanaman kelapa karena memiliki nilai ekonomis dan gizi yang tinggi. Dilihat dari persentase komponennya, buah kelapa terdiri dari empat komponen yaitu 35% sabut, 12% tempurung, 28% daging buah dan 25% air kelapa. Masing-masing komponen dapat dimanfaatkan untuk produk makanan maupun non makanan. Sebagai contoh serabut untuk kerajinan keset, sapu, furniture; tempurung kelapa untuk arang; buah kelapa untuk minyak goreng, santan, kopra; dan air kelapa untuk nata de coco.
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
Untuk menghasilkan produksi nata yang maksimal perlu diperhatikan
faktor-faktor sebagai berikut
1.
Temperatur ruang inkubasi
Temperatur
ruang inkubasi harus diperhatikan karena berkaitan dengan pertumbuhan bakteri Acetobacter
Xylinum dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Pada umumnya suhu
fermentasi untuk pembuatan nata adalah pada suhu kamar (280C). Suhu yang
terlalu rendah atau terlalu tinggi akan mengganggu pertumbuhan bakteri
pembentuk nata, yang akhirnya juga menghambat produksi nata.(Budiyanto, 2004).
2. Jenis dan konsentrasi Medium
Medium fermentasi ini harus banyak mengandung
karbohidrat (gula) di samping vitamin dan mineral, karena pada hakekatnya nata
tersebut adalah slime (menyerupai lendir) dari sel bakteri yang kaya
selulosa yang diproduksi dari glukosa oleh bakteri Acetobacter Xylinum.
Bakteri ini dalam kondisi yang optimum memiliki kemampuan yang luar biasa untuk
memproduksi slime sehingga slime tersebut terlepas dari sel
vegetatif bakteri dan terapung-apung di permukaan medium. Pembentukan nata terjadi
karena proses pengambilan glukosa dari larutan gula yang kemudian digabungkan
dengan asam lemak membentuk precursor (penciri nata) pada membran sel.
Prekursor ini selanjutnya dikeluarkan dalam bentuk ekskresi dan bersama enzim
mempolimerisasi glukosa menjadi selulosa yang merupakan bahan dasar pembentukan
slime. Kadar karbohidrat optimum untuk berlangsungnya produksi nata
adalah 10% (Palungkun, 1992).
3. Jenis dan konsentrasi stater
Pada umumnya Acetobacter Xylinum merupakan
stater yang lebih produktif dari jenis stater lainnya, sedang konsentrasi 5-10%
merupakan konsentrasi yang ideal (Rahman, 1992).
4. Kebersihan alat
Alat-alat yang tidak steril dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Acetobacter Xylinum. Sedangkan alat-alat yang steril
dapat mendukung pertumbuhan bakteri Acetobacter Xylinum.
5. Waktu fermentasi
Waktu fermentasi yang digunakan dalam pembuatan nata
umumnya 1-2 minggu. Minggu ke-2 dari waktu fermentasi merupakan waktu yang maksimal
produksi nata, yang berarti lebih dari 2 minggu, maka kualitas nata yang diproduksi akan
menurun.
6. pH fermentasi
Derajat keasaman yang dibutuhkan dalam pembuatan nata
adalah 3-5 atau dalam suasana asam. Pada kedua kondisi pH optimum, aktifitas
enzim seringkali menurun tajam. Suatu perubahan kecil pada pH dapat
menimbulkan perbedaan besar pada kecepatan beberapa reaksi enzimatis yang amat
penting bagi organisme.
7. Tempat fermentasi
Tempat fermentasi sebaiknya tidak terbuat dari logam
karena mudah korosif yang dapat mengganggu pertumbuhan mikroorganisme
pembentuk nata. Di samping itu tempat fermentasi sebaiknya tidak terkena cahaya
matahari langsung, jauh dari sumber panas, dan harus berada dalam kondisi
steril. Selain itu, dalam pembuatan nata juga harus diperhatikan bahwa selama
proses pembentukan nata langsung harus dihindari gerakan atau goncangan ini
akan menenggelamkan lapisan nata yang telah terbentuk dan menyebabkan
terbentuknya lapisan nata yang baru yang terpisah dari nata yang pertama. Hal
ini menyebabkan ketebalan produksi nata tidak standar
2.4 Acetobacter
Ciri-ciri Acetobacter adalah selnya berbentuk
bulat panjang sampai batang lurus atau agak bengkok, ukurannya 0,6-0,8 x
1,0-3,0 μm, terdapat dalam bentuk tunggal berpasangan atau dalam bentuk rantai.
Acetobacter merupakan aerobic sejati, membentuk kapsul, bersifat
nonmotil dan tidak mempunyai spora, suhu optimumnya adalah 30oC.
Spesies Acetobacter yang terkenal adalah Acetobacter aceti,
Acetobacter orlenensis, Acetobacter liquefasiensis, dan Acetobacter
xylinum. Meskipun ciri-ciri yang dimiliki hampir sama dengan spesies
lainnya Acetobacter xylinum dapat dibedakan dengan yang lain karena
sifatnya yang unik. Bila Acetobacter xylinum ditumbuhkan pada medium
yang mengandung gula. Bakteri ini dapat memecah komponen gula dan mampu membentuk
suatu polisakarida yang dikenal dengan selulosa (Daulay, 2003).
1.
Jenis-jenis
Acetobacter
Adapun jenis-jenis bakteri Acetobacter adalah
sebagai berikut :
a. Acetobacter acetii, ditemukan oleh
Beijerinck pada tahun 1898. Bakteri ini penting dalam produksi asam asetat,
yang mengoksidasi alkohol menjadi asam asetat. Banyak terdapat pada ragi tapai,
yang menyebabkan tapai yang melewati 2 hari fermentasi akan menjadi berasa
masam.
b. Acetobacter xylinum, bakteri ini digunakan
dalam pembuatan nata de coco. Acetobacter xylinum mampu mensintesis
selulosa dari gula yang dikonsumsi. Nata yang dihasilkan berupa pelikel yang
mengambang dipermukaan substrat. Bakteri ini juga terdapat pada produk kombucha
yaitu fermentasi dari teh. (Hidayat, 2007).
c. Acetobacter suboxydans, bakteri ini dapat
mengubah glukosa menjadi asam askorbat ( vitamin C ) (Robinson, 1976).
d. Acetobacter orleanensis, bakteri ini dapat
mengubah etanol menjadi cuka (Mckane and
Judy, 1976).
e. Acetobacter indonesianensis, ditemukan pada
tahun 2001. Bakteri ini merupakan bakteri asli Indonesia.
f. Acetobacter cibinongensis, bakteri ini
berasal dari daerah Cibinong.
g. Acetobacter syzygii, ditemukan pada tahun
2002. Bakteri ini berasal dari buah sirsak
h. Acetobacter tropicalis, ditemukan pada tahun
2001. Bakteri ini berasal dari daerah tropis.
i. Acetobacter bogoriensis, bakteri ini berasal
dari daerah tropis.
Jenis Acetobacter 5 – 9 adalah spesies baru
yang merupakan bakteri asli Indonesia, yang ditemukan oleh Dr. Puspita Lisdayanti
(Prasetyo, 2003).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Cara Pembuatan Nata De Coco
3.2 Kandungan Gizi Nata De
Coco
Dilihat dari zat gizinya, nata tidak berarti apa-apa
karena produk ini sangat miskin zat gizi. Karena kandungan zat gizi (khusunya
energi) yang sangat rendah, produk ini aman untuk dimakan siapa saja. Produk
ini tidak akan menyebabkan kegemukan, sehingga sangat dianjurkan bagi mereka
yang sedang diet rendah kalori. Keunggulan lain dari produk ini adalah
kandungan seratnya yang cukup tinggi terutama selulosa. Peran utama serat dalam
makanan adalah pada kemampuannya mengikat air yang dapat melunakkan feses.
Makanan dengan kandungan serat kasar yang tinggi dapat
mengurangi berat badan. Serat makanan akan tinggal dalam saluran
pencernaan dalam waktu yang relative singkat sehingga absorpsi zat makanan
berkurang. Selain itu, makanan yang mengandung serat yang relative tinggi akan
memberikan rasa kenyang karena komposisi karbohidrat kompleks yang menghentikan
nafsu makan sehingga mengakibatkan turunnya konsumsi makanan. Makanan dengan
kandungan serat kasar relative tinggi biasanya mengandung kalori rendah, kadar gula,
dan lemak rendah yang dapat membantu mengurangi terjadinya obesitas dan
penyakit jantung (Joseph, 2002).
BAB IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Nata de coco merupakan produk hasil proses fermentasi air kelapa
dengan bantuan aktivitas Acetobacter xylinum. Nata berasal dari
bahasa spanyol yang artinya terapung. Ini sesuai dengan sifatnya yaitu sejak
diamati dari proses awal terbentuknya nata merupakan suatu lapisan tipis yang
terapung pada permukaan yang semakin lama akan semakin tebal. Nata De Coco
merupakan jenis komponen minuman yang terdiri dari senyawa selulosa (dietry
fiber), yang dihasilkan dari air kelapa melalui proses fermentasi, yang
melibatkan jasad renik (mikrobia), yang selanjutnya dikenal sebagai bibit nata.
4.2. Saran
Alangkah
baiknya para praktikan harus lebih teliti dan cermat saat melakukan pembuatan
nata de coco agar dihasilkan produk yang bermanfaat bagi manusia
DAFTAR
PUSTAKA
saya bisa copy yaa
BalasHapusizin copas :v
BalasHapusizin copas ya..,,terimakasih atas blognya
BalasHapus