BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan
kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia
selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1.0 juta ton
pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton pada tahun 1995 dan 1.9 juta ton
pada tahun 2004. Pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun 2004
mencapai US$ 2.25 milyar, yang merupakan 5% dari pendapatan devisa non-migas.
Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang
cocok untuk pertanaman karet, sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan
Kalimantan. Luas area perkebunan karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih
dari 3.2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Diantaranya
85% merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7% perkebunan besar
negara serta 8% perkebunan besar milik swasta. Produksi karet secara
nasional pada tahun 2005 mencapai angka sekitar 2.2 juta ton.
Jumlah ini masih akan bisa ditingkatkan lagi dengan memberdayakan lahan-lahan
pertanian milik petani dan lahan kosong/tidak produktif yang sesuai untuk
perkebunan karet.
Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan dunia
terhadap komoditi karet ini dimasa yang akan datang, maka upaya untuk
meningkatakan pendapatan petani melalui perluasan tanaman karet dan
peremajaaan kebun bisa merupakan langkah yang efektif untuk dilaksanakan. Guna
mendukung hal ini, perlu diadakan bantuan yang bisa memberikan modal bagi
petani atau perkebun swasta untuk membiayai pembangunan kebun karet dan
pemeliharaan tanaman secara intensif.
Karet alam merupakan salah satu hasil
pertanian yang penting karena memegang peranan penting dalam meningkatkan taraf
hidup taraf hidup manusia, karena banyak menghasilkan devisa negara. Karet alam
dihasilkan dari perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Umumnya karet rakyat
bermutu rendah karena alat dan cara pengolahannya masih sangat sederhana.
Di Indonesia,
sebagian besar perkebunan yang ada merupakan perkebunan rakyat. Namun, petani
perkebunan rakyat ini sebagian besar tidak menentukan besarnya pengeluaran
dalam pengusahaan karet, padahal karet alam memerlukan penanganan
sebaik-baiknya agar menguntungkan, apalagi jika harus dibandingkan dengan karet
sintetis dimana harganya bisa dipertahankan supaya tetap stabil.
Karet alam menunjukkan harga yang tidak stabil karena
makin meningkat produksi karet sintetis misal butty rubber (BR), styrene
butadin rubber (SBR) dan lain-lain. Jenis karet sintetis ini mempunyai
sifat-sifat khusus yang labih baik dibandingkan dengan karet alam. Oleh karena
itu, perlu dipelajari sifat-sifat karet alam dan cara pengolahannya yang baik
dan benar sehingga dapat menghasilkan karet yang berkualitas dan petani
perkebunan karet dapat menghasilkan karet alam yang mampu bersaing dengan karet
sintetis.
1.2.Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana cara pengoahan karet di PT AGROMAKMUR
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Pengertian Tanaman Karet
Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang
menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia,
sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan
produktifitas usahatani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi
budidayanya (Anwar, 2001).
Karet
adalah tanaman perkebunan tahunan berupa pohon batang lurus. Pohon karet
pertama kali hanya tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun setelah percobaan
berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia
Tenggara, di mana sekarang ini tanaman ini banyak dikembangkan sehingga sampai
sekarang Asia merupakan sumber karet alami. Di Indonesia, Malaysia dan
Singapura tanaman karet mulai dicoba dibudidayakan pada tahun 1876. Tanaman
karet pertama di Indonesia ditanam di Kebun Raya Bogor (Deptan, 2006).
Indonesia
pernah menguasai produksi karet dunia, namun saat ini posisi Indonesia didesak
oleh dua negara tetangga Malaysia dan Thailand. Lebih dari setengah karet yang
digunakan sekarang ini adalah sintetik, tetapi beberapa juta ton karet alami
masih diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa
industri termasuk otomotif dan militer (Maryadi, 2005).
Tanaman
karet ( Hevea brasilliensis Muell Arg ) adalah tanaman getah-getahan. Dinamakan
demikian karena golongan ini mempunyai jaringan tanaman yang banyak mengandung
getah ( lateks ) dan getah tersebut mengalir keluar apabila jaringan tanaman
terlukai (Santosa, 2007).
Tanaman
karet berupa pohon dengan ketinggian bisa mencapai 15 m sampai 25 m. Batang
tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi keatas. Batang tersebut
berbentuk silindris atau bulat, kulit kayunya halus, rata-rata berwarna pucat
hingga kecoklatan, sedikit bergabus (Siregar,1995).
Tujuan
Penulisan
Adapun
tujuan dari penulisan “Teknik Penyadapan Karet (Hevea
brasilliensis Muell. Arg.) ” ini adalah mengetahui
cara-cara melakukan penyadapan tanaman karet.
Kegunaan
Penulisan
-
Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikum di Laboratorium
Budidaya Kelapa Sawit dan Karet, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
-
Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
Menurut
Nazaruddin dan Paimin (1998) klasifikasi botani tanaman karet adalah sebagai
berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Euphorbiales
Famili
:
Euphorbiaceae
Genus
: Hevea
Spesies
: Hevea
braziliensis Muell. Arg.
Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak
daun. Panjang tangkai daun utama 3-20cm. Panjang tangkai anak daun sekitar
3-10cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang
terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan
ujung meruncing, tepinya rata dan gundul (Anwar, 2001).
Tanaman
karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar, tinggi
pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan
memiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet ada beberapa
kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini
mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks ( Http://id.wikipedia.org,
diakses 2 Maret 2010 ).
Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan
akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan
besar. Sistem perakaran yang bercabang pada setiap akar
utamanya
(Santosa, 2007).
Biji
karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya ada tiga
kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras.
Warnaya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas
(Aidi dan Daslin, 1995).
Bunga
pada tajuk dengan membentuk mahkota bunga pada setiap bagian bunga yang tumbuh.
Bunga berwarna putih, rontok bila sudah membuahi, beserta tangkainya. Bunga
terdiri dari serbuk sari dan putik (Maryadi. 2005).
Syarat
Tumbuh Tanaman Karet
Iklim
Daerah
yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS
dan
150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai
produksinya juga terlambat (Suhendry, I. 2002).
Suhu
yang dibutuhkan untuk tanaman karet 25° C sampai 35 ° C dengan suhu optimal
rata-rata 28° C. Dalam sehari tanaman karet membutuhkan intensitas matahari
yang cukup antara 5 sampai 7 jam (Santosa. 2007.).
2.2.Sejarah karet
Tanaman
Karet di temukan pertama kali di Benua Amerika. Pada saat Christopher Columbus
menemukan Benua Amerika pada tahun 1476, ia melihat suku asli Amerika, Indian
bermain bola dengan sesuatu yang bisa memantul bila jatuh ke tanah. Benda
berupa tersebut terbuat dari campuran akar, kayu dan rumput yang dicampur
dengan bahan yang di panaskan dengan api dan di dibentuk bulat.Pada tahun 1731,
para Ilmuawan tertarik untuk menyelidiki benda yang bisa memantul tersebut.
Belakangan di ketahui benda tersebut di sebut dengan lateks. Seorang Ilmuwan
ber kebangsaan Prancis, Presnau, telah menemukan sutau tanaman di Hutan Amazon
Brazil yang bisa menghasilkan lateks. Istilah biologinya tanaman ini mempunyai
nama species Havea Brasilienss.
Tanaman
inilah yang kemudian di sebut oleh orang Indonesia sebagai tanaman Karet. Dan
kini tanaman karet sudah di budi dayakan secara lebih maju di Wilayah Asia
Tenggara. Bahkan Asia Tenggara, khususnya Indonesia, Malaysia dan Thailand
merupakan Negara penghasil karet terbesar di dunia.
Dengan
perkembangan teknologi dan science kini tanaman karet sudah di jadikan tanaman
industri. Hal ini di mulai ketika seorang bernama Charles Goodyear melakukan
penelitian pada tahun 1938. Berdasarkan hasil penelitiannya, jika karet yang
dihasilkan dari tanaman karet tersebut di campur dengan belerang dan dipanaskan
akan menjadi elastis dan tidak terpengaruh oleh cuaca. Sebelum penelitian ini
di lakukan, karet masih menunjukkan sifat aslinya, yaitu akan mudah menjadi
beku pada suhu rendah. Terutama pada musim dingin dan jangka waktu lama.
Sehingga benda-benda yang terbuat dari karet juga akan menjadi beku.Temuan oleh
Charles Goodyear ini, para ahli menyebutnya dengan proses vulkanisasi. Proses
inilah yang akhirnya berkembang menjadi industri karet menjadi lebih maju
seperti sekarang.Di Negara kita Indonesia, tanaman karet sudah di tanam
sejak lama. Namun penanamannya di lakukan secara tradisional tanpa
memperhatikan kualitas. Baru pada tahun 1910, dilakukan seleksi tarhadap
tanaman yang mempunyai kualitas baik dari sisi pertumbuhan dan produksinya,
yang kemudian di budi dayakan kembali.
Pada tahun
1917 ditemukan teknik okulasi untuk memperbaiki kualitas tanaman karet. Dengan
teknik okulasi ini, sifat dan kualitas tanaman dan karetnya bisa lebih di
pertahankan.
Hingga kini
tanaman karet sudah menjadi tanaman sumber ekonomi bagi masyarakat Indonesia,
khususnya di daerah Pedesaan. Bahkan data tahun 2011 menunjukkan jumlah
perkebunan karet di Indonesia sudah mencapai 4,9 juta hektar lebih. Dan
di tahun 2012 di perkirakan sudah mencapai 5,2 juta hektar lebih. Sementara
hasil produksi karet kering Indonesia pada tahun 2012, diperkirakan sudah
mencapai 612 ribu ton lebih.
2.3 Sejarah Industri Karet di PT.BUDIDUTA AGROMAKMUR
Awalnya
sebelum ditanami tanaman karet terlebih dahulu perkebunan milik PT.BUDIDUTA
AGROMAKMUR adalah kebun akan tetapi karena pohon kakaonya sudah rusak akhirnya
ditanami tanaman karet. Pada saat ada tanaman kakao ada juga tanaman kakao akan
tetapi PT.BUDIDUTA AGROMAKMUR fokus kepada tanaman kakao.
PT.BUDIDUTA
AGROMAKMUR ini mulai berdiri antara tahun 1973-1990an. Untuk proses pengolahan
dipabrik mulai sejak tahun 1992 akan tetapi hanya sampai pada proses
penggumpalan lump. Proses pengolahan hingga ke sheet itu dimulai sejak tahun
1993 karena pada tahun 1992 karet yang dipanen masih muda dan jika dilakukan
proses pengolahan hingga menjadi sheet maka karet akan mudah rusak dan hasilnya
akan jelek karena karet terlalu muda
Pengolahan
yang dilakukan oleh pabrik tersebut menggunakan bahan baku yang langsung
diperoleh dari hasil perkebunan mereka sendiri. Mereka tidak menerima bahan
baku dari petani karet yang ada disekitar pabrik mereka karena hasil dari kebun
mereka sendiri sudah mencukupi/memenuhi untuk mereka olah dipabrik mereka.
2.4 Kondisi dan Letak Pabrik
Pengolahan Karet
Luas
area keselurahan pabrik dan kebun yaitu 178,5 ha, 417,3 ha tanaman karet baru,PBM tanaman yang
belum di sadap 2191,78 ha, 1495,93 ha
produksi, total 7,68 ha.
Kondisi pabrik disini dapat dikatakan sudah baik,
karena pabrik ini sudah bisa mengolah hasil karet yang dari kebun mereka hingga
menjadi lembaran-lembaran karet yang baik dan mereka juga sudah mengimport
karet tersebut. karet yang mereka hasilkan tidak hanya dijual didalam negeri
akan tetapi juga keluar negeri dan mereka juga hanya memproduksi sheet 1.
Letak pabrik untuk industri pengolahan karet ini juga
dikatakan sudah baik, karena sudah jauh dari pemukiman masyarakat sehingga asap
yang dihasilkan oleh pabrik tidak mengganggu masyarakat dan menurut salah satu
karyawan yang bekerja di pabrik itu untuk limbah yang dihasilkan juga tidak
terlalu berbahaya karena sudah pernah dilakukan penelitian dari dinas
kesehatan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.Pengolahan Karet
Dalam hal proses pengolahan lateks di tempat pengolahan atau
pabrik, biasanya memiliki urutan kerja tertentu untuk menghasilkan hasil olah
lateks berupa lembaran (sheet). Pengolahan sheet oleh perkebunan dilaksanakan
di pabrik pengolahan dengan menggunakan peralatan yang lebih baik dan dengan
kapasitas yang lebih besar. Oleh karena itu, sheet yang dihasilkan berkualitas
tinggi. Standar kualitas yang tinggi tersebut dapat dicapai karena proses
pembuatannya dilaksanakan sesuai dengan persyaratan pengolahan yang memenuhi
standar.pekerjaan tersebut meliputi:
1.Penerimaan
lateks
Lateks hasil penyadapan yang berasal dari berbagai bagian
kebun diangkut dengan tangki yang ditarik truk ke pabrik. Dipabrik lateks
diterima dan di campur dalam bak penerimaan. lateks yang dimasukan ke dalam bak
penerimaan harus disaring terlebih dahulu untuk mencegah aliran lateks yang
terlalu deras dan terbawanya lump atau kotoran lainnya.
2.Pengenceran
lateks
Pengenceran lateks atau memperlemah kadar karet adalah
menurunkan kadar karet yang terkandung dalam lateks sampai diperoleh kadar karet
yang terkandung dalam lateks sampai diperoleh kadar karet baku sesuai dengan
yang diperlukan dalam pembuatan sheet, yaitu sebesar 13%, 15%, 16%, atau20%
sesuai dengan kondisi dan peralatan setempat.
3.Pembekuan
lateks
Pembekuan atau koagulasi bertujuan untuk mempersatukan butir
butir karet yang terdapat dalam cairan lateks, supaya menjadi satu gumpalan
atau koagulum. Untuk membuat koagulum ini lateks pelu dibubuhi obat
pembeku(koagulan) seperti asam semut atau asam cuka. Menurut penelitian,
terjadinya poses koagulasi adalah karena terjadinya penurunan pH. Lateks segar
yang diperoleh dari hasil sadapan mempunyai pH 6,5. supaya tidak terjadi
pengumpalan,pH yangmendekati netral tersebut harus diturunkan sampai 4,7. Pada
kemasaman ini tercapai titik isoelektris atau keseimbangan muatan listrik pada
permukaan pertikel pertikel karet, sehingga partikel partikel karet tersebut
dapat menggumpal menjadi satu. Penurunan pH ini terjadi dengan membubuhi asam
semut 1% atau asam cuka 2% ke dalam lateks yang telah diencerkan(Lukman. 1985).
4.Penggilingan
Koagulum yang didapatkan dari lateks tersebut di ambil dan
digiling dengan mesin penggiling manual atau otomatis. Mesin penggiling
tersebut terdiri dari mesin penggiling halus dan mesin penggiling cetakan.
Tujuan dari gilingan ini adalah:
ü Mengubah koagulum menjadi lembaran
lembaran yang mempunyai lebar,panjang dan tebal tertentu
ü Untuk mengeluarkan serum yang
terdapat di dalam koagulum
5.Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk mengawetkan sheet supaya tahan
lama saat disimpan karena dengan menggunakan asap yang mengandung fenol akan
dapat mencegah tumbuhnya mikroorganisme dalam sheet, untuk mengeringkan sheet
supaya tida mudah diserang mikroorganisme, untuk memberikan warna coklat muda
dengan asap sehingga mutunya meningkat. Pengeringan dapat dilakukan dengan
menggunakan kayu bakar dan panas. Perlu pengaturan sirkulasi udara dan jumah
asap untuk mendapatkan hasil pengeringan yang baik.
Lembaran lembaran yang telah dihasilkan dari mesin
penggiling selanjutnya akan dikeringkan dengan cara dijemur pada selayan
selayan di pabrik. Salah satu alasan kenapa di pabrik selalu tinggi bertujuan
sebagai penjemuran lembaran sheet. Lembaran lembaran yang telah dihasilkan dari
mesin penggiling selanjutnya akan dikeringkan dengan cara dijemur pada selayan
selayan di pabrik. Salah satu alasan kenapa di pabrik selalu tinggi bertujuan
sebagai penjemuran lembaran sheet (Williams, 1975).
6.
Sortasi dan Pembungkusan
Setelah diasap dan dikeringkan, maka sheet dapat dipilih
berdasarkan beberapa macam kriteria mutu tertentu. Dasar penentuan mutu RSS
secara visual dan organoleptik adalah sebagai berikut:
-
jumlah kapang
-
keseragaman warna
-
noda oleh benda asing (kebersihan)
-
gelembung udara
-
kekeringan
-
berat antara 1-1,5 kg per lembar
-
tebal sheet 2,5-3,5 mm dan lebarnya 4,5 mm
(Djumarti,2011).
Kegiatan sortasi ini biasanya dilakukan di atas meja sortasi
kaca berwarna putih susu (Setyamidjaja, 1993).
3.2.Perbedaan
Pengolahan Karet Crepe dan Sheet
Pada dasarnya pengolahan karet sheet
sama dengan karet crepe hanya terletak pada pengenceran air yang digunakan KKK
20% untuk karet crepe bila karet sheet 15%, pada proses penggilingan karet
crepe itu rata tidak berpatron, kasar tidak licin. Saat proses pengeringan
karet crepe tidak dilakukan pengasapan karena karet crepe harus berwarna putih
(Anonim, 2011).
3.3.Manfaat
lateks secara umum
Untuk pembuatan barang-barang dari
lateks, maka konsentrat lateks cair pertama-tama dicampur dengan beberapa bahan
kimia kompon, setelah itu cetakan bentuk yang diinginkan dicelupkan ke dalam
campuran lateks agar terjadi pengendapan lapisan lateks tipis. Pencelupan bisa dilakukan
menggunakan atau tanpa menggunakan bahan kimia penstabil (yakni celup
penggumpal atau celup langsung). Pada umumnya, pelumeran dilakukan pada tahap
proses tertentu, dan produk diawetkan pada suhu 100°-120°C. Pembuatan kompon
karet kering adalah untuk memproduksi berbagai produk elastis
yang berguna dengan menggunakan zat pengikat silang (cross-linking agents).
Lateks banyak digunakan untuk bahan baku pembuatan karet kering yang
selanjutnya menjadi bahan mentah untuk industri pembuatan ban, pipa karet,
selang, sepatu/sandal, komponen otomotif, komponen engineering, lem, dan
beberapa peralatan rumah tangga (Anonim.2011)
3.4.Mekanisme Penambahan Asam Format, Asam Asetat,
Amoniak, dan CMC
1
Penambahan Asam Format dan Asam Asetat
Lateks mempunyai pH 6,9 - 7,2 terdapat dalam bentuk cair karena bermuatan negatif, tetapi bila ditambahkan asam organik
atau anorganik misal asam asetat dan asam format sampai pH mendekati titik isoelektrik (pH 3,8 - 5,3 atau 4,2) maka terjadi penggumpalan lateks dimana dengan
adanya penambahan asam asetat dan asam format yang berlebihan atau sekaligus
diberikan maka akan terjadi penambahan muatan
positif sehingga antara partikel terjadi kekuatan saling tolak-menolak atau lateks masih dalam keadaan
cair. Kestabilan lateks dipengaruhi muatan
listrik dari lateks. Muatan listrik tergantung dari pH lateks. Pada pH tertentu muatan listrik
akan mencapai nilai 0 yaitu pada titik isoelektrik dan pH berkisar 4,2 - 4,7. Pada pH tersebut protein tidak stabil, tetapi pada pH ini lateks tidak segera
menggumpal karena partikel masih diselubungi mantel air. Dengan tidak stabilnya protein maka
protein akan menggumpal dan lapisan ini akan hilang sehingga antar butir
terjadi kontak dan akhirnya menggumpal. Dalam kenyataannya keadaan ini sukar
tercapai atau terjadi karena
partikel karet sudah saling berlekatan sehingga meskipun bermuatan positif,
karetnya sendiri sukar untuk menjadi yang lebih kecil seperti dalam keadaan
semula (Djumarti, 2011).
BAB
IV
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Pertama
sampai di PT.BUDIDUTA AGRO MAKMUR saya baru pertama kali melihat pabrik
pengolahan karet dengan jelas, dan ketika saya mendengarkan penjelasan dari
bapak pemandu praktek pengolahan karet itu sendiri saya merasa sangat terbantu
dengan adanya praktek kunjungan ini, mulai dari proses pengambilan
sampel,pengilingan, pengasapan dan sampai pengemasan. Tetapi selain dari pada
tahu cara proses pengolahan nya pemandu praktek pabrik pengolahan karet itu
juga manjelaskan tentang jenis-jenis karet olahan yaitu: RSS1, RSS2, RSS3,dan
RSS4, dari ke empat jenis karet ini yang paling bagus adalah RSS1 dan harga
dari harga dari RSS1 perbadaan harganya sebanyak RP.2.000 dari jenis RSS2.
Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pengolahan karet untuk mendapatkan kualitas karet yang baik
yaitu:1. Kebersihan alat pada saat menyadap, 2.pemberian antikoagulan kedalam
lateks segar supaya latek masih dalam keadaan mencair pada saat dibawa ke
pabrik sehingga mudah dalam pengolahan nya dan ini juga membantu berkurangnya
gelembung-gelembung pada karet yang sudah digiling dan di keringkan. Dari
kapasitas dan kemampuan pabrik untuk mengolah hasil lateks dari kebun seluas 417,3
ha pabrik ini sangat efisien dan sangat layak untuk mengulah lateks setiap hari
nya.
Dari pengadaan pabrik ini sendiri
hanya ada 1 yang kurang yaitu pengolahan limbah, cairan bekas dari penggilingan
latek itu di biarkan begitu saja padahal limbah itu sendiri mengandung ammonia,
asam semut yang berfungsi menyuburkan tanaman karet tersebut dan limbah itu
bias dialirkan ke pohon karet yang belum di sadap sehingga mengurangi
pengeluaran pembelian pupuk.
DAFTAR PUSTAKA
.
ü Djumarti. 2011. Diktat Kuliah Teknologi Pengolahan Tembakau,
Gula, dan Lateks. Jember : FTP UJ.
ü Handoko, B dan
Kosasih. 1995. Penuntun Analisis
Lateks. Bogor : Balai Penelitian Perkebunan Bogor.
ü Loo, T.G. 1973.
Penuntun Praktis untuk Pembuatan Karet.
Jakarta : PT. Kinta.
ü Lukman. 1985. Penyadapan dan Stimulasi Tanaman Karet.
Medan : BPP.
ü Setyamidjaja, Djoehana. 1993. Karet Budidaya dan
Pengolahan.
Yogyakarta : Kanisius.
ü Siregar, Rudi. 2009 Morfologi Tanaman Karet . http://rudi-siregar.blogspot.com/2009/01/morfologi-tanaman-karet.html [ diakses tanggal 15 Desember 2012]
ü Tim Penulis PS. 1999. KARET: Strategi Pemasaran Tahun
2000, Budidaya dan Pengolahan. Jakarta : Penebar Swadaya.
ü Triwijoso, Sri Utami. 1995. Pengetahuan Umum Tentang Karet Hevea.
Bogor : Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar